DASAR-DASAR ILMU TANAH
1.
Penjabaran Dasar-dasar Ilmu Tanah (Profil
Tanah)
Pengertian tanah sangatlah beragam dan tergantung bidang
ilmu yang menilainya. Pengertian tanah berdasarkan ahli hukum akan berbeda
dengan pengertian tanah menurut ahli ekonomi, lembaga keuangan / perbankan, dan
ibu rumah tangga. Tanah menurut ahli hukum dinilai berdasarkan status tanah
atau hak kepemilikan terhadap tanah, seperti tanah berstatus hak milik berbeda
dengan tanah berstatus hak guna usaha (HGU) dan hak pakai serta sangat berbeda
sekali dengan tanah garapan. Tanah menurut ahli ekonomi dan lembaga keuangan
perbankan dipahami berdasarkan kedekatan lokasi tanah dengan akses dan
kelancaran akses serta kedekatan dengan pusat pengembangan. Tanah yang dekat
jalan atau dekat pusat pengembangan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
daripada tanah yang berlokasi jauh dari akses jalan atau jauh dari pusat
pengembangan. Berbeda dengan pengertian tanah menurut ibu rumah tangga yang
selalu mengingatkan anak-anaknya agar jangan bermain tanah dan selalu
mengingatkan anak-anaknya tidak lupa mencuci tangan dan kaki apabila kena
tanah.
Profil Tanah
Pengertian profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari
lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami
perkembangan lanjut akan memiliki horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri
dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison Eluviasi, (4) horison B, (5)
lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R).
Pengertian dari beberapa istilah penamaan horison dalam
profil tanah adalah sebagai berikut:
- Horison O adalah horison tanah yang tersusun dari serasah atau
sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah
(Oa),
- Horison A adalah horison yang tersusun dari bahan mineral
berkandungan bahan organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.
- Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horison yang
telah mengalami proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar
bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir dan debu
kuarsa (seskuoksida) serta mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna
agak terang.
- Horison B adalah horison illuvial atau horison pengendapan
sehingga terjadi akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horison
diatasnya.
- Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih
serupa dengan batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
- Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan
masih berupa batuan.
- Lapisan tanah atas (top soil) terdiri dari: (1) horison O, dan
(2) horison A. Lapisan tanah bawah (sub soil) terdiri dari: (1) horison E, dan
(2) horison B. Solum tanah meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan
tanah bawah.
Batas Peralihan Horison
Batas peralihan horison pada profil tanah terlihat secara
visual dalam beberapa kategori, yaitu:
- Batas horison dikategorikan nyata apabila peralihan kurang dari
2,5 cm,
- Batas horison dikategorikan jelas apabila peralihan terjadi
dengan jarak berkisar antara 2,5 cm sampai 6,5 cm,
- Batas horison dikategorikan berangsur apabila peralihan terjadi
dengan jarak berkisar antara 6,5 cm sampai 12,5 cm, dan
- Batas horison dikategorikan baur apabila peralihan terjadi
dengan jarak lebih dari 12,5 cm.
Bentuk Topografi Batas Horison
Bentuk
topografi dari batas harison dalam profil tanah yang terlihat secara visual
dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
Bentuk topografi datar,
§
Berombak,
§
Tidak teratur, dan
§
Terputus. Contoh gambaran dari batas horison
dan bentuk topografi dari batas tersebut disajikan dalam gambar 3 dan gambar 4 berikut.
Gambar Batas
horison yang nyata terjadi pada peralihan dari horison A ke horison B, dan
batas horison yang jelas terjadi pada peralihan antara horison B ke horison C.
Kedua batas tersebut bertopografi datar.
Kegunaan Profil Tanah
Pemahaman yang mendalam mengenai profil tanah akan
membantu dalam pemanfaatan berikut:
Mengetahui kedalaman lapisan olah tanah (top soil),
lapisan dalam tanah (sub soil) dan solum tanah, sehingga membantu dalam
menetapkan jenis tanaman yang sesuai untuk ditanam pada tanah tersebut. Tanah
dengan kedalaman lapisan olah berkisar 20 cm sesuai untuk ditanaman tanaman
padi, kedelai, kacang tanah dan jagung, tetapi tidak sesuai untuk ditanaman
dengan tanaman perkebunan yang berakar dalam. Begitu juga sebaliknya.
§
Kelengkapan atau differensiasi horison-horison pada profil yang
mencirikan tingkat perkembangan tanah dan umur tanah.
§
Warna tanah yang menunjukkan kondisi aerob (warna terang) atau
anaerob (berwarna kelabu) dan tngginya kadar kadungan bahan organik tanah
(berwarna hitam/gelap), sehingga diketahui tingkat kesuburan tanah.
2.
Jurnal
Identifikasi Tanah
Pengertian tanah yang dipelajari dalam mata kuliah Dasar
Dasar Ilmu Tanah berdasarkan ilmu pertanian. Definisi tanah menurut ilmu
pertanian juga mengalami pengembangan dari waktu ke waktu. Perubahan definisi
tersebut disajikan sebagai berikut:
Definisi tanah dari waktu ke waktu mengalami pengembangan
pengertian. Saat ini terdapat 4 pengertian tentang tanah yang diuraikan lebih
rinci sebagai berikut.
1.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ahli Geologi
Ahli geologi akhir abad XIX mendefinisikan tanah sebagai
lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit yaitu
lapisan partikel halus.
2.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi
Pada tahun 1870 seorang ahli pedologi yaitu Dokuchaev
mendefinisikan tanah sebagai bahan padat (bahan mineral atau bahan organik)
yang terletak dipermukaan, yang telah dan sedang serta terus menerus mengalami perubahan
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) bahan induk, (2) iklim, (3) organisme,
(4) topografi, dan (5) waktu.
3.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Edaphologi
Seorang ahli edaphologi dari Inggris bernama Dr. H. L.
Jones mendefiniskan tanah sebagai media tumbuh tanaman.
4.
Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ilmu Tanah Terkini
Pada tahun 2005 seorang doktor ilmu tanah dari Indonesia
bernama Hanafiah mendefiniskan tanah secara lebih komperhensif bahwa tanah
adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
dan berkembangnya perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan
sumber penyuplai hara atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn,
B, dan Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang
produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman
pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
3.
Fungsi
Tanah
Lima fungsi utama tanah adalah:
(1) Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman,
(2) Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur
hara),
(3) Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh,
hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan enzim
yang dapat meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara, dan
(4) Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena
terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan
sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama
dan penyakit tanaman,
(5) Lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah,
kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun dan bandara. Integrasi kelima
fungsi utama tanah disajikan dalam Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Lima
fungsi utama tanah yang terintegrasi secara utuh.
Dua Pemahaman Penting Tentang Tanah
Dua pemahaman utama yang sangat mendasari pengertian
tentang tanah berdasar-kan ilmu pertanian adalah:
§
Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman.
§
Tanah berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama dan
penyakit serta dampak negatif pestisida dan limbah industri yang berbahaya
4.
Faktor-faktor Pembentuk Tanah serta
Penyusunnya
a. Faktor Pembentukan Tanah
Faktor-faktor
pembentuk tanah yaitu iklim, organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor
pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu
dan curah hujan. a. Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk.
Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah akan cepat pula.
b. Curah
hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan
pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi
asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Organisme
sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
·
Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun
pelapukan kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup
(hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi
oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
·
Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan
menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di
permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad
renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
·
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat
nyata terjadi di daerah
beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk
tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan
vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan
organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
·
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi
unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di
bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah
pohon jati.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik batuan beku, batuan
sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan
induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan
dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian
memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya.
Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari
bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan
mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk
yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang
banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi
dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang
kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
4. Topografi/Relief
Keadaan
relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a. Tebal atau tipisnya
lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan
berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang
datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi
b. Sistem
drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering
tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis
mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah
berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Pembentukan tanah dibagi menjadi 2 macam yaitu (1) perubahan
massa padat (batuan) menjadi material yang tidak padat atau halus (2) perubahan
material yang halus menjadi tanah seiiring dengan berjalannya waktu (disebut
dengan perkembangan tanah/soil development). Pembentukan tanah (soil formation) merupakan
pembentukan material yang tidak padat dengan adanya proses pelapukan dan pembentukan profil tanah
(termasuk perkembangan horison).
Proses pembentukan tanah : penambahan (additions), kehilangan
(losses), perubahan bentuk
(transformation), pemindahan lokasi (translocation). Additions : penambahan air
(hujan, irigasi), nitrogen dari bakteri pengikat N, energi dari sinar matahari,
dsb. Losses : dihasilkan dari kemikalia yang larut dalam air, adanya erosi,
pemanenan atau penggembalaan, denitrifikasi, dll. Transformation : terjadi
karena banyak reaksi kimia dan biologi pada proses dekomposisi bahan organik,
pembentukan material tidak larut dari material yang larut. Translocation :
terjadi karena adanya gerakan air maupun organisme didalam tanah misalnya clay
beregrak ke lapisan yang lebih dalam atau gerakan garam terlarut ke permukaan
karena evaporasi.
b.
Komponen Penyusun Tanah
Suatu tanah tersusun dari 4 komponen utama, yaitu: (1)
bahan padatan berupa bahan mineral, (2) bahan padatan berupa bahan organik, (3)
air, dan (4) udara. Tanah mineral yang subur tersusun dari 45% bahan tanah
mineral, 5% bahan organik tanah, 25 % air dan 25% udara.
Bahan Induk
Bahan induk didefinisikan Jenny (1941) sebagai keadaan
tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Beberapa jenis
bahan induk tanah: Batuan beku, Batuan sedimen, Batuan metamorf,
dan Bahan induk organic.
Pengertian
batuan beku adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi)
dari magma cair. Beberapa batuan yang tergolong batuan beku adalah batuan:
granit, basal, dan andesit. Batuan sediment adalah bebatuan yang terbentuk dari
proses pemadatan (konsolidasi) dari endapan-endapan partikel yang terbawa oleh
angina atau air di permukaan bumi. Beberapa batuan yang tergolong batuan
sedimen adalah: batu kapur, batu pasir dan batu shale. Batuan metamorf adalah
batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk
(transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat
tinggi. Bebeerapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batuan gneiss,
batuan kwarsit, batuan schist, dan batuan marmer.
Sketsa perubahan bahan induk tanah mineral mulai dari magma menjadi
batuan beku dan perubahan endapan hasil pelapukan batuan beku menjadi batuan
sedimen serta perubahan dari batuan beku dan batuan sedimen menjadi batuan metamorf
disajikan dalam Gambar disamping ini.
Jenis-Jenis Batuan Beku
Beberapa jenis batuan beku dibedakan berdasarkan:
Tempat pembekuan, da Kandungan sio2.
Berdasarkan tempat pembekuan magma, batuan beku dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu:
Batuan beku dalam (flutonik),
§
Batuan beku gang (intrusi), dan
§
Batuan beku atas (ekstrusi atau batuan vulkanik).
Selain itu, berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
§
Batuan beku asam, yiatu: batuan beku dengan kandungan sio2
tinggi atau lebih dari 65%.
§
Batuan beku intermedier, yaitu: batuan beku dengan kandungan
sio2 sedang atau berkisar antara 55% sampai dengan 65%.
§
Batuan beku basa, yaitu: batuan beku dengan kandungan sio2
rendah atau kurang dari 55%.
Jenis-Jenis Batuan Sedimen
Beberapa jenis batuan sedimen dibedakan berdasarkan jenis
bahan asal endapan. Tiga jenis batuan sedimen, yaitu:
§
Batuan kapur dan dolomit, yaitu: batuan sedimen yang bahan asal
endapan berupa kapur atau bahan dengan kandungan kalsium dan magnesium tinggi
lebih dari 50%,
§
Batu pasir, yaitu: batuan sedimen yang bahan asalnya didominasi
fraksi pasir atau kandungan pasir lebih dari 50%, dan
§
Batu shale atau batu serpih, yaitu: batuan sedimen yang bahan
asal endapan didominasi fraksi liat (batu liat atau clay stone / clay shale)
atau debu (siltstone). Salah satu contoh batuan sedimen disajikan dalam gambar
8 bagian (a) berikut.
Jenis-Jenis Batuan Metamorf
Beberapa jenis batuan metamorf adalah:
§
Batuan schist, yaitu: batuan metamorf yang berbentuk
lembar-lembar halus, contoh: schist mika,
§
Batuan kuarsit, yaitu: batuan metamorf yang terbentuk dari batu
pasir, contoh: kuarsit, dan
§
Batuan marmer, yaitu: batuan metamorf yang terbentuk dari batu
kapur karbonat, contoh: batu marmer. Contoh salah satu jenis dari batuan
metamorf disajikan dalam gambar 8 bagian (b) berikut.
Gambar
Batuan sedimen (A) dan batuan metamorf (B)
Bahan Induk Organik
Bahan induk organik berasal dari proses akumulasi atau
penimbunan dari vegetasi rawa yang terjadi secara berulang-ulang. Tanah yang
terbentuk dari bahan induk organik disebut: tanah organik atau tanah gambut
atau Histosol. Tanah ini dikelompokkan dalam tiga jenis berdasarkan tingkat
kematangan bahan organik pembentuk tanah tersebut, yaitu:
§
Febrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik
halus kurang dari 33% dan dicirikan dengan masih banyak terlihatnya bentuk asal
dari bahan organik tersebut karena kandungan bahan organik kasar lebih dari
66%.
§
Hemik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus
sedang atau berkisar antara 33% sampai dengan 66%.
§
Safrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik
halus tinggi lebih dari 66% atau sudah mengalami pelapukan lanjut.
Iklim (Cuaca)
Dua unsur cuaca yang mempengaruhi proses pembentukan
tanah adalah:
§
Curah hujan dan
§
Temperatur.
Daerah tropis seperti Indonesia khususnya Indoensia
bagian Barat memiliki curah hujan tinggi 2000 mm sampai dengan 2500 mm per tahun
dengan suhu udara berkisar 28 derajat celsius sampai dengan 32 derajat celsius
akan memacu percepatan rekasi kimia dalam tanah dan mempercepat proses
pelapukan batuan serta proses pencucian lebih intensif. Kondisi tersebut akan
menghasilkan jenis tanah dengan perkembangan horison lebih lengkap dengan
kandungan kation asam yang lebih tinggi, sehingga memiliki tingkat kesuburan
tanah sedang sampai rendah. Beberapa jenis tanah mineral yang ditemukan
mendominasi jenis tanah di pulau Sumatera dan Kalimantan adalah: jenis podsolik
merah kuning dan latosol.
Organisme / Jasad Hidup
Faktor organisme / jasad hidup yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah adalah: vegetasi (makroflora), hewan (makrofauna) dan
mikroorganisme tanah. Jasad hidup ini mempengaruhi terjadinya:
§
Akumulasi bahan organik,
§
Siklus hara tanah,
§
Proses pembentukan struktur tanah,
§
Kandungan nitrogen tanah,
§
Peningkatan infiltrasi tanah, dan
§
Penurunan erosi tanah.
Tanah yang ditumbuhi vegetasi yang berbeda akan
menghasilkan tanah dengan tingkat kesuburan yang berbeda. Sebagai contoh:
§
Tanah yang ditumbuhi tanaman pinus yang berdaun sempit akan
mengalami proses pencucian yang intensif sehingga membentuk tanah tidak subur.
Peristiwa ini karena sempitnya penutupan tajuk tanaman menyebabkan daya rusak tanah
akibat air hujan tinggi, sehingga erosi yang terjadi juga tinggi. Selain itu,
bentuk daun yang sempit menyebabkan kandungan hara di daun rendah, maka siklus
hara dari proses dekomposisi daun yang gugur juga rendah, sehingga tanah yang
terbentuk kurang subur, dan
§
Tanah yang ditumbuhi tanaman jati yang berdaun lebar, akan
memiliki penutupan tajuk tanaman yang lebih luas, sehingga mengurangi daya
rusak tanah akibat butir hujan yang jatuh, sehingga menyebabkan erosi yang
terjadi rendah. Daun jati yang lebar mengandung hara yang banyak dan saat jatuh
akan terdekomposisi dan membebaskan hara lebih banyak, sehingga siklus hara
yang terjadi lebih tinggi dan tanah yang terbentuk akan lebih subur.
Topografi atau Relief atau Kelerengan Lahan
Faktor topografi atau relief yang mempengaruhi proses
pembentukan tanah adalah:
§
Kecuraman lereng, dan
§
Bentuk lereng.
Tanah yang berada pada lahan berlereng curam lebih peka
terhadap terjadinya erosi, karena infiltrasi yang terjadi lebih rendah dan
aliran permukaan (run off) lebih besar, sehingga daya rusak air hujan dan
aliran permukaan lebih tinggi. Tanah yang terbentuk pada lereng yang lebih
curam akan lebih dangkal, karena terkikis secara terus menerus saat terjadi
hujan. Sedangkan tanah yang berada pada lahan yang berlereng landai sampai
datar terbentuk lebih dalam, karena memiliki laju infiltrasi dan laju perkolasi
yang lebih besar serta proses pembentukan horison berkembang lebih lanjut,
sehingga membentuk profil tanah yang lebih dalam.
Faktor kecuraman lereng ini mempengaruhi proses
pembentukan tanah dengan 4 cara, yaitu:
§
Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan massa tanah,
§
Kedalaman air tanah,
§
Besarnya erosi yang dapat terjadi, dan
§
Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari
tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Interaksi keempat mekanisme ini mempengaruhi proses
pembentukan tanah antara lain:
§
Ketebalan solum tanah,
§
Ketebalan dan kandungan bahan organik horison A,
§
Kandungan air tanah,
§
Warna tanah,
§
Tingkat perkembangan horison (pada tanah tergenang dan tanah
berlereng terjal membentuk solum dangkal, sedangkan pada tanah cekungan dan
datar membentuk solum dalam)
§
Reaksi tanah atau ph (pada tanah dengan air tanah dangkal
mengalami salinisasi sehingga ph tanah netral sampai basa, sedangkan pada tanah
dengan air tanah dalam mengalami proses pencucian intensif sehingga ph tanah
rendah atau bereaksi asam),
§
Kejenuhan basa tanah, dan (8) kandungan garam mudah larut.
Relief atau bentuk permukaan tanah dapat dikelompokkan
menjadi:
§
Berbentuk cembung yang terdapat pada puncak bukit atau gunung,
§
Berbentuk lereng yang curam yang terdapat pada punggung bukit
dan gunung,
§
Berbentuk cekungan dan datar pada kaki dan dasar bukit.
Faktor waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah
dan umur tanah. Berdasarkan lamanya waktu dalam proses pembentukan tanah, maka
tanah dikelom-pokkan menjadi:
§
Tanah muda dengan lamanya waktu pembentukan berkisar 100 tahun,
§
Tanah dewasa dengan lamanya waktu pembentukan berkisar antara
1.000 tahun sampai dengan 10.000 tahun, dan
§
Tanah tua dengan lamanya waktu pembentukan lebih dari jutaan
tahun.
Waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah, yaitu
mulai dari fase:
§
Awal,
§
Juvenil,
§
Viril,
§
Senil, dan
§
Fase akhir.
Fase awal ditandai baru terbentuk horison C. Fase juvenil
ditandai dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini
sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa, dicirikan
dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C. Fase senil atau
disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi:
horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau
disebut tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan
dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau
Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol.
Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol
atau Laterit.
Susunan-Susunan
Tanah Dan Jenis-Jenisnya
Secara umumnya, susunan tanah
(dengan bahan induk mineral) terdiri atas 50% bahan padata (45% berupa bahan
mineral dan 5% berupa bahan organik), 25% air berupa udara. Sementara
itu, pada tanah organik, seperti gambut, bahan padatan pada tanah
tersebut terdiri atas 5% bahan organik dan 45% bahan mineral. Bahan organik
dalam tanah ini terdiri atas 10% mikroorganisme, 10% akar, dan sisanya humat.
Walaupun jumlah tidak banyak, fungsinya sangat penting.
Susunan tanah dan juga
struktur tanah yang berongga-rongga menjadi tempat bagi akar untuk bernafas dan
tumbuh. Selain itu, tanah pun menjadi habitat bermacam-macam mikroorganisme.
Tanah juga dijadikan sebagai tempat hidup bagi sebagian hewan darat.
Tekstur susunan tanah
bermacam-macam dan bisa dikelompokan menjadi:
1. Tekstur tanah kasar misalnya pasir, pasir berlempung.
2. Tekstur agak kasar misalnya lempung berpasir dan lempung berpasir
3. Sedangkan , antara lain lempung berpasir sangat hhalus, lempung
berdebu dan debu.
4. Tekstur ahalus misalnya, tanah liat berpasir, tanah liat berdebu
Tekstur tanah ini juga
dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat dalam tanah. jika diuraikan proses
pembentukan susunan tanah dimulai dari bebtuan yang mengalami pelapukan baik
pelapukan secara fisik maupun secara kimiawi
1. Tanah terdiri dari lapisan-lapisan atas, lapisan bawah, lapisan
bawah induk dan lapisan induk.
2. Lapisan atas warnanya lebih tua, dan lapisan gembur dari pada
lapisan bawah.
3. Tanah berasal dari lapukan batu yang terkikir dari gunung-gunung
batu.
4. Pelapukan terjadi karena panas matahari , air, bahan-bahan kimia
dan tumbuh-tumbuhan, batu yang telah lapuk terkikis oleh air dan angin.
5. Kerikil, pasir, dan debu yang terjadi dari pengikisan itu
mengendap di tempat menjadi batuan endapan.
6. lumut disebut tumbuhan perintis, karena lumut salah satu tumbuhan
yang dapat hidub di batu.
7. Di dalam tanah banyak hidup hewan dan tumbuhan yang sangat
bergunah bagi kesuburan tanah.
8. Tanah yang gundul mudah terkikis oleh air dan angin.
9. Pegunungan hutan di pegunungan dapat menyebabkan tanah keritis
dan menimbulkan bahaya banjir.
10. Karena tumbuhan selalu mengambil zat-zat dari dalam tanah, maka
yang di perlukan makin lama makin berkurang, untuk menjaga kesuburan tanah
pertanian perlu pemupukan
Selain susunan-susunan tanah,
fungsi tanah juga di perlukan. Berikut fungsi-fungsinya
1. Tanah berfungsi untuk produksi biomassa, yaitu tempat tumbuh dan
berkembang perakaran, sumber harta serta zat pendukung pertumbuhan.
2. Tanah berfungsi untuk penyaringan, penyanggah dan pengubahan
antara atmosfer, air tanah serta akar tanaman
3. Tanah berfungsi sebagai habitat biologi konservasi genetik.
4. Tanah berfungsi sebagai ruang insfrastruktur untuk teknik,
industri, sosial ekonomi, dan pembangunan.
5. Tanah berfungsi sebagai daya energi, material dasar, pertambangan
dan air.
6. Tanah berfungsi sebagai sumber keindahan dan warisan budaya
Susunan-susunan tanah
berdasarkan jenis-jenis tanah
- Tanah humas. tanah humas adalah lapisan tanah yang paling subur
karena kemampuan menyerap airnya sangat tinggi dan gembur sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pertanian tanah humas ini berasal dari pelapukan sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang membusuk.
- Tanah liat. tanah liat ini biasanya dimanfaatkan untuk
kerajinan tembikar, pembuatan pot bunga, kendi dan lain sebagainya karena
butiran-butiran tanah liat saling melekat satusamalain, tipe tanah pada tanah
liat ini adalah butiran-butiran tanahnya halus, susah menyerap airdan tidak
dapat di tanami oleh tumbuhan
- Tanah gambut. tanah gambut terdapat didaerah berawan-awan dan
berasal dari pelapukan sisa tumbuhan,tidak cocok dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian karena kandungan garamnya sangat tinggi.
- Tanah berpasir. tanah berpasir ini cirinya butiran pasirnya
sangat banyak, mudah menyerap air namun sangat sulit ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan.
biasanya tanah berpasir dimanfaatkan sebagai campuran semen dalam pemasangan
batu bata.
- Tanah aluvial. jenis tanah aluvial terdapat di sepanjang aliran
sungai jenis tanah ini berasal dari material halus yang di endapkan di sungai.
- Tanah vulkanik atau Tanh regosol. tanah vulkanik ini biasa
ditemukan di daerah pegunungan kberapi yang meletus . tanah vulkanik ini sangat
mudah menyerap air dan banyak mengandung hara sehingga sangat baik jika di
manfaatkan sebagai lahan pertanian.
- Tanah latosol. jenis tanah ini biasanya terdapat pada daerah
beriklim basah yang curah hujannya lebih dari300mm/tahun dan berada di dataran
tinggi yang berkisar antara 300-1.000 meter. bahan utama pembentukan tanah
jenis ini berasal dari bebatuan gunung berapi yang mengalami peroses pelapukan.
- Tanah grumusol. Bahan pembentukan tanah grumusol adalah batu
lempung dan batu kapur.
Susunan-susunan Tanah-Mineral
Tanah
Susunan-susunan tanah mineral
terdiri dari tiga komponen, yakni pasir(sand), debu(silf), dan lempung(clay).Ketiga
susunan-susunan tanah mineral tersebut dibagi berdasarkan ukuran yang
berbeda-beda.
1. Partikel pasir memiliki ukuran sekitar 200 mikrometer hingga
2.000 mikro meter.
2. Partekel debu memiliki ukuran sekitar 2 mikrometer sampai kurang
dari mikrometer.
3. Partikel lempung memiliki ukuran kurang dari 2 mikrometer.semakin
halus ukuran partikel tanah tersebut, maka luas permukaan partikel per satuan
bobot semakin besar.
Untuk itu alam harus kita
jaga agar tidak terjadi kerusakan alam dan akibatnya dirasakan oleh manusia dan
makh;luk lainya dibumi ini. Pelestarian alam bisa kita lakukan dari diri
sendiri
Demikian penjelasan mengenai
susunan-susunan-tanah dan fungsi-fungsinyauntuk pelestarian tanah. Semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
5.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Tanah
a. Ketinggian suatu daerah
b. Kontur tanah
c. Letak suatu daerah
d. Kandungan unsur hara
e. Dan tekstur tanahnya
Tanah dibagi menjadi beberapa macam jenisnya,
diantaranya:
a.
Ada tanah
merah
b.
Tanah
liat
c.
Pasir
d.
Tanah
vulkanik
e.
Dan
banyak jenis tanah lainnya.
Tanah vulkanik adalah tanah yang di ke luarkan
gunung berapi saat terjadinya letusan gunung berapi tanah ini sangat berguna
terutama bagi petani yang tinggal di sekitar lereng,karena tanah ini menpunyai
unsur hara yang banyak di banding tanah lain.
Bagian-bagian
Bumi dan fungsinya:
Bumi
telah terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Bumi merupakan planet
dengan urutan ketiga dari sembilan planet yang dekat dengan matahari. Jarak
bumi dengan matahari sekitar 150 juta km, berbentuk bulat dengan radius ± 6.370
km. Bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh berbagai jenis
mahluk hidup. Permukaan bumi terdiri dari daratan dan lautan. Secara struktur,
lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1. Kerak
bumi (crush) merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan
kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari
batu-batuan basa dan masam.
Lapisan
ini berfungsi sebagai tempat tinggal
bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 oC.
Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan
litosfer.
2. Selimut
atau selubung (mantle) merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak
bumi. Tabal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat.
Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC.
3. Inti
bumi (core), yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi
(90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200 km.
Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan
inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 oC. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter
sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya
mencapai 4.500 oC.
6.
Jenis-jenis
Tanaman Perkebunan
Perkebunan tidak sepenuhnya
sama dengan kebun.
Perkebunan diusahakan
secara intensif menggunakan berbagai mesin besar.
Perkebunan adalah segala
kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media
tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai; mengolah, dan memasarkan barang dan
jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Tanaman yang ditanam
bukanlah tanaman yang menjadi makanan
pokok maupun sayuran
untuk membedakannya dengan usaha ladang dan hortikultura sayur mayur dan bunga, meski usaha
penanaman pohon buah masih disebut usaha perkebunan.
Perkebunan dapat
mengusahakan tanaman keras/industri seperti kakao, kelapa, dan teh, atau tanaman hortikultura
seperti pisang, anggur, dan anggrek. Dalam
pengertian di Indonesia , "perkebunan" mencakup plantation
atau orchard.
§ Perkebunan tropika
dan subtropika
Di daerah tropika
dan subtropika, perkebunan mencakup komoditas tanaman semusim maupun tahunan.
Berikut adalah daftar komoditas (tidak lengkap) perkebunan, menurut produknya.
Tanaman industri
semusim
Tanaman
semusim adalah tanaman yang hanya mampu tumbuh selama semusim pada tahun
tersebut, atau tanaman tahunan yang biasa dipanen cepat sebelum musim berakhir.
Jenis tanaman perkebunan semusim tidaklah sebanyak tanaman perkebunan tahunan.
Contoh tanaman industri semusim yaitu:
·
Gula tebu, dihasilkan dari perasan batang tebu
dan produk sampingannya (dapat pula dibudidayakan secara tahunan)
Tanaman industri
tahunan
Contoh tanaman
industri tahunan yaitu:
Terdapat pula produk
tanaman industri tahunan lain yang ditanam dengan skala kecil dan kurang
intensif, tetapi dikumpulkan lalu diolah sebagai produk perkebunan. Komoditas
ini biasanya merupakan "perkebunan rakyat"
dan perbedaannya dengan usaha tani pekarangan menjadi kabur. Berikut adalah
beberapa di antaranya.
Tanaman
hortikultura
f.
Perkebunan subtropika dan iklim sedang
Perkebunan di
kawasan ini kebanyakan tergolong sebagai orchard, bukan plantation.
Selain itu, tidak ada yang merupakan tanaman semusim, karena yang semusim biasa
digolongkan sebagai tanaman ladang (field crop), seperti tembakau dan kapas; bahkan juga
meskipun ia menghasilkan produk yang mirip dengan perkebunan di kawasan
tropika, seperti gula yang dihasilkan dari bit gula
untuk daerah beriklim sedang, sementara untuk daerah tropika dihasilkan dari
tebu. Contoh lainnya adalah minyak masak yang dihasilkan dari ladang kanola atau bunga
matahari di daerah beriklim sedang, sementara untuk kawasan tropika
kebanyakan dihasilkan dari kelapa sawit dan kelapa.
Komoditas perkebunan
yang dihasilkan kawasan ini kebanyakan buah-buahan, beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut.
Dalam peristilahan
di Amerika Serikat, pertanaman pinus atau tanaman
runjung lainnya, serta pertanaman untuk produksi kayu dan kertas digolongkan
sebagai "perkebunan" (plantation), tetapi di Indonesia hal
semacam itu digolongkan ke dalam usaha tani kehutanan atau silvikultur,
dan awam menyebut lahannya sebagai "hutan", seperti "hutan
jati" atau "hutan pinus".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar