Minggu, 28 September 2014

DASAR-DASAR ILMU TANAH


DASAR-DASAR ILMU TANAH

1.       Penjabaran Dasar-dasar Ilmu Tanah (Profil Tanah)
Pengertian tanah sangatlah beragam dan tergantung bidang ilmu yang menilainya. Pengertian tanah berdasarkan ahli hukum akan berbeda dengan pengertian tanah menurut ahli ekonomi, lembaga keuangan / perbankan, dan ibu rumah tangga. Tanah menurut ahli hukum dinilai berdasarkan status tanah atau hak kepemilikan terhadap tanah, seperti tanah berstatus hak milik berbeda dengan tanah berstatus hak guna usaha (HGU) dan hak pakai serta sangat berbeda sekali dengan tanah garapan. Tanah menurut ahli ekonomi dan lembaga keuangan perbankan dipahami berdasarkan kedekatan lokasi tanah dengan akses dan kelancaran akses serta kedekatan dengan pusat pengembangan. Tanah yang dekat jalan atau dekat pusat pengembangan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada tanah yang berlokasi jauh dari akses jalan atau jauh dari pusat pengembangan. Berbeda dengan pengertian tanah menurut ibu rumah tangga yang selalu mengingatkan anak-anaknya agar jangan bermain tanah dan selalu mengingatkan anak-anaknya tidak lupa mencuci tangan dan kaki apabila kena tanah.

Profil Tanah
Pengertian profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut akan memiliki horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison Eluviasi, (4) horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R).

Pengertian dari beberapa istilah penamaan horison dalam profil tanah adalah sebagai berikut:
-      Horison O adalah horison tanah yang tersusun dari serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa),
-      Horison A adalah horison yang tersusun dari bahan mineral berkandungan bahan organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.
-      Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horison yang telah mengalami proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar bahan organik tanah, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna agak terang.
-     Horison B adalah horison illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horison diatasnya.
-    Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih serupa dengan batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
-     Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan masih berupa batuan.
-      Lapisan tanah atas (top soil) terdiri dari: (1) horison O, dan (2) horison A. Lapisan tanah bawah (sub soil) terdiri dari: (1) horison E, dan (2) horison B. Solum tanah meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah.

Batas Peralihan Horison
Batas peralihan horison pada profil tanah terlihat secara visual dalam beberapa kategori, yaitu:
-      Batas horison dikategorikan nyata apabila peralihan kurang dari 2,5 cm,
-      Batas horison dikategorikan jelas apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar antara 2,5 cm sampai 6,5 cm,
-      Batas horison dikategorikan berangsur apabila peralihan terjadi dengan jarak berkisar antara 6,5 cm sampai 12,5 cm, dan
-      Batas horison dikategorikan baur apabila peralihan terjadi dengan jarak lebih dari 12,5 cm.

Bentuk Topografi Batas Horison
GambarBentuk topografi dari batas harison dalam profil tanah yang terlihat secara visual dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
Bentuk topografi datar,
§  Berombak,
§  Tidak teratur, dan
§  GambarTerputus. Contoh gambaran dari batas horison dan bentuk topografi dari batas tersebut disajikan dalam gambar 3 dan gambar 4 berikut.
  
Gambar Batas horison yang nyata terjadi pada peralihan dari horison A ke horison B, dan batas horison yang jelas terjadi pada peralihan antara horison B ke horison C. Kedua batas tersebut bertopografi datar. 
Kegunaan Profil Tanah
Pemahaman yang mendalam mengenai profil tanah akan membantu dalam pemanfaatan berikut:
Mengetahui kedalaman lapisan olah tanah (top soil), lapisan dalam tanah (sub soil) dan solum tanah, sehingga membantu dalam menetapkan jenis tanaman yang sesuai untuk ditanam pada tanah tersebut. Tanah dengan kedalaman lapisan olah berkisar 20 cm sesuai untuk ditanaman tanaman padi, kedelai, kacang tanah dan jagung, tetapi tidak sesuai untuk ditanaman dengan tanaman perkebunan yang berakar dalam. Begitu juga sebaliknya.
§  Kelengkapan atau differensiasi horison-horison pada profil yang mencirikan tingkat perkembangan tanah dan umur tanah.
§  Warna tanah yang menunjukkan kondisi aerob (warna terang) atau anaerob (berwarna kelabu) dan tngginya kadar kadungan bahan organik tanah (berwarna hitam/gelap), sehingga diketahui tingkat kesuburan tanah.
2.      Jurnal Identifikasi Tanah
Pengertian tanah yang dipelajari dalam mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Tanah berdasarkan ilmu pertanian. Definisi tanah menurut ilmu pertanian juga mengalami pengembangan dari waktu ke waktu. Perubahan definisi tersebut disajikan sebagai berikut:
Definisi tanah dari waktu ke waktu mengalami pengembangan pengertian. Saat ini terdapat 4 pengertian tentang tanah yang diuraikan lebih rinci sebagai berikut.
1.      Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ahli Geologi
Ahli geologi akhir abad XIX mendefinisikan tanah sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit yaitu lapisan partikel halus.

2.      Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Pedologi
Pada tahun 1870 seorang ahli pedologi yaitu Dokuchaev mendefinisikan tanah sebagai bahan padat (bahan mineral atau bahan organik) yang terletak dipermukaan, yang telah dan sedang serta terus menerus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) bahan induk, (2) iklim, (3) organisme, (4) topografi, dan (5) waktu.

3.      Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Edaphologi
Seorang ahli edaphologi dari Inggris bernama Dr. H. L. Jones mendefiniskan tanah sebagai media tumbuh tanaman.

4.      Definisi Tanah Berdasarkan Pendekatan Ilmu Tanah Terkini
Pada tahun 2005 seorang doktor ilmu tanah dari Indonesia bernama Hanafiah mendefiniskan tanah secara lebih komperhensif bahwa tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang hara dan sumber penyuplai hara atau nutrisi (meliputi: senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur essensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, dan Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.



3.      Fungsi Tanah
Lima fungsi utama tanah adalah:
(1)    Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman,
(2)    Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara),
(3)    Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh, hormon, vitamin, asam-asam organik, antibiotik, toksin anti hama, dan enzim yang dapat meningkatkan ketersediaan hara) dan siklus hara, dan
(4)    Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama dan penyakit tanaman,
(5)    Lokasi pembangunan berbagai infrastruktur, seperti bangunan rumah, kantor, supermarket, jalan, terminal, stasiun dan bandara. Integrasi kelima fungsi utama tanah disajikan dalam Gambar 1 berikut.
Gambar










Gambar 1. Lima fungsi utama tanah yang terintegrasi secara utuh.
Dua Pemahaman Penting Tentang Tanah
Dua pemahaman utama yang sangat mendasari pengertian tentang tanah berdasar-kan ilmu pertanian adalah:
§  Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman.
§  Tanah berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama dan penyakit serta dampak negatif pestisida dan limbah industri yang berbahaya

4.       Faktor-faktor Pembentuk Tanah serta Penyusunnya
a.      Faktor Pembentukan Tanah
Faktor-faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1.   Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada dua, yaitu suhu dan curah hujan. a. Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula.

b.   Curah hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2.   Organisme
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
·       Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
     Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.

·       Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
·       Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
·       Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.

3.   Bahan Induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
4.   Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a.   Tebal atau tipisnya lapisan tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi

b. Sistem drainase/pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.

5.   Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.

Pembentukan tanah dibagi menjadi 2 macam yaitu (1) perubahan massa padat (batuan) menjadi material yang tidak padat atau halus (2) perubahan material yang halus menjadi tanah seiiring dengan berjalannya waktu (disebut dengan perkembangan tanah/soil development). Pembentukan tanah (soil formation) merupakan pembentukan material yang tidak padat dengan adanya proses pelapukan dan pembentukan profil tanah (termasuk perkembangan horison).

Proses pembentukan tanah : penambahan (additions), kehilangan (losses), perubahan bentuk (transformation), pemindahan lokasi (translocation). Additions : penambahan air (hujan, irigasi), nitrogen dari bakteri pengikat N, energi dari sinar matahari, dsb. Losses : dihasilkan dari kemikalia yang larut dalam air, adanya erosi, pemanenan atau penggembalaan, denitrifikasi, dll. Transformation : terjadi karena banyak reaksi kimia dan biologi pada proses dekomposisi bahan organik, pembentukan material tidak larut dari material yang larut. Translocation : terjadi karena adanya gerakan air maupun organisme didalam tanah misalnya clay beregrak ke lapisan yang lebih dalam atau gerakan garam terlarut ke permukaan karena evaporasi.

b.      Komponen Penyusun Tanah
Suatu tanah tersusun dari 4 komponen utama, yaitu: (1) bahan padatan berupa bahan mineral, (2) bahan padatan berupa bahan organik, (3) air, dan (4) udara. Tanah mineral yang subur tersusun dari 45% bahan tanah mineral, 5% bahan organik tanah, 25 % air dan 25% udara.
Bahan Induk
Bahan induk didefinisikan Jenny (1941) sebagai keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Beberapa jenis bahan induk tanah: Batuan beku, Batuan sedimen, Batuan metamorf, dan Bahan induk organic.
GambarPengertian batuan beku adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi) dari magma cair. Beberapa batuan yang tergolong batuan beku adalah batuan: granit, basal, dan andesit. Batuan sediment adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pemadatan (konsolidasi) dari endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air di permukaan bumi. Beberapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batu kapur, batu pasir dan batu shale. Batuan metamorf adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bebeerapa batuan yang tergolong batuan sedimen adalah: batuan gneiss, batuan kwarsit, batuan schist, dan batuan marmer.
GambarSketsa perubahan bahan induk tanah mineral mulai dari magma menjadi batuan beku dan perubahan endapan hasil pelapukan batuan beku menjadi batuan sedimen serta perubahan dari batuan beku dan batuan sedimen menjadi batuan metamorf disajikan dalam Gambar disamping ini.

Jenis-Jenis Batuan Beku
Beberapa jenis batuan beku dibedakan berdasarkan:
Tempat pembekuan, da Kandungan sio2.
Berdasarkan tempat pembekuan magma, batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Batuan beku dalam (flutonik),
§  Batuan beku gang (intrusi), dan
§  Batuan beku atas (ekstrusi atau batuan vulkanik).

Selain itu, berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
§  Batuan beku asam, yiatu: batuan beku dengan kandungan sio2 tinggi atau lebih dari 65%.
§  Batuan beku intermedier, yaitu: batuan beku dengan kandungan sio2 sedang atau berkisar antara 55% sampai dengan 65%.
§  Batuan beku basa, yaitu: batuan beku dengan kandungan sio2 rendah atau kurang dari 55%.

Jenis-Jenis Batuan Sedimen
Beberapa jenis batuan sedimen dibedakan berdasarkan jenis bahan asal endapan. Tiga jenis batuan sedimen, yaitu:
§  Batuan kapur dan dolomit, yaitu: batuan sedimen yang bahan asal endapan berupa kapur atau bahan dengan kandungan kalsium dan magnesium tinggi lebih dari 50%,
§  Batu pasir, yaitu: batuan sedimen yang bahan asalnya didominasi fraksi pasir atau kandungan pasir lebih dari 50%, dan
§  Batu shale atau batu serpih, yaitu: batuan sedimen yang bahan asal endapan didominasi fraksi liat (batu liat atau clay stone / clay shale) atau debu (siltstone). Salah satu contoh batuan sedimen disajikan dalam gambar 8 bagian (a) berikut.
Jenis-Jenis Batuan Metamorf
Beberapa jenis batuan metamorf adalah:
§  Batuan schist, yaitu: batuan metamorf yang berbentuk lembar-lembar halus, contoh: schist mika,
§  GambarBatuan gneis, yaitu: batuan metamorf yang berbentuk lembar-lembar kasar, contoh: granit gneis,
§  Batuan kuarsit, yaitu: batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir, contoh: kuarsit, dan
§  Batuan marmer, yaitu: batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat, contoh: batu marmer. Contoh salah satu jenis dari batuan metamorf disajikan dalam gambar 8 bagian (b) berikut.
Gambar Batuan sedimen (A) dan batuan metamorf (B)
Bahan Induk Organik
Bahan induk organik berasal dari proses akumulasi atau penimbunan dari vegetasi rawa yang terjadi secara berulang-ulang. Tanah yang terbentuk dari bahan induk organik disebut: tanah organik atau tanah gambut atau Histosol. Tanah ini dikelompokkan dalam tiga jenis berdasarkan tingkat kematangan bahan organik pembentuk tanah tersebut, yaitu:
§  Febrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus kurang dari 33% dan dicirikan dengan masih banyak terlihatnya bentuk asal dari bahan organik tersebut karena kandungan bahan organik kasar lebih dari 66%.
§  Hemik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus sedang atau berkisar antara 33% sampai dengan 66%.
§  Safrik, yaitu: tanah organik dengan kandungan bahan organik halus tinggi lebih dari 66% atau sudah mengalami pelapukan lanjut.

Iklim (Cuaca)
Dua unsur cuaca yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah:
§  Curah hujan dan
§  Temperatur.
Daerah tropis seperti Indonesia khususnya Indoensia bagian Barat memiliki curah hujan tinggi 2000 mm sampai dengan 2500 mm per tahun dengan suhu udara berkisar 28 derajat celsius sampai dengan 32 derajat celsius akan memacu percepatan rekasi kimia dalam tanah dan mempercepat proses pelapukan batuan serta proses pencucian lebih intensif. Kondisi tersebut akan menghasilkan jenis tanah dengan perkembangan horison lebih lengkap dengan kandungan kation asam yang lebih tinggi, sehingga memiliki tingkat kesuburan tanah sedang sampai rendah. Beberapa jenis tanah mineral yang ditemukan mendominasi jenis tanah di pulau Sumatera dan Kalimantan adalah: jenis podsolik merah kuning dan latosol.
Organisme / Jasad Hidup
Faktor organisme / jasad hidup yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah: vegetasi (makroflora), hewan (makrofauna) dan mikroorganisme tanah. Jasad hidup ini mempengaruhi terjadinya:
§  Akumulasi bahan organik,
§  Siklus hara tanah,
§  Proses pembentukan struktur tanah,
§  Kandungan nitrogen tanah,
§  Peningkatan infiltrasi tanah, dan
§  Penurunan erosi tanah.

Tanah yang ditumbuhi vegetasi yang berbeda akan menghasilkan tanah dengan tingkat kesuburan yang berbeda. Sebagai contoh:
§  Tanah yang ditumbuhi tanaman pinus yang berdaun sempit akan mengalami proses pencucian yang intensif sehingga membentuk tanah tidak subur. Peristiwa ini karena sempitnya penutupan tajuk tanaman menyebabkan daya rusak tanah akibat air hujan tinggi, sehingga erosi yang terjadi juga tinggi. Selain itu, bentuk daun yang sempit menyebabkan kandungan hara di daun rendah, maka siklus hara dari proses dekomposisi daun yang gugur juga rendah, sehingga tanah yang terbentuk kurang subur, dan
§  Tanah yang ditumbuhi tanaman jati yang berdaun lebar, akan memiliki penutupan tajuk tanaman yang lebih luas, sehingga mengurangi daya rusak tanah akibat butir hujan yang jatuh, sehingga menyebabkan erosi yang terjadi rendah. Daun jati yang lebar mengandung hara yang banyak dan saat jatuh akan terdekomposisi dan membebaskan hara lebih banyak, sehingga siklus hara yang terjadi lebih tinggi dan tanah yang terbentuk akan lebih subur. 

Topografi atau Relief atau Kelerengan Lahan
Faktor topografi atau relief yang mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah:
§  Kecuraman lereng, dan
§  Bentuk lereng.
Tanah yang berada pada lahan berlereng curam lebih peka terhadap terjadinya erosi, karena infiltrasi yang terjadi lebih rendah dan aliran permukaan (run off) lebih besar, sehingga daya rusak air hujan dan aliran permukaan lebih tinggi. Tanah yang terbentuk pada lereng yang lebih curam akan lebih dangkal, karena terkikis secara terus menerus saat terjadi hujan. Sedangkan tanah yang berada pada lahan yang berlereng landai sampai datar terbentuk lebih dalam, karena memiliki laju infiltrasi dan laju perkolasi yang lebih besar serta proses pembentukan horison berkembang lebih lanjut, sehingga membentuk profil tanah yang lebih dalam.

Faktor kecuraman lereng ini mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara, yaitu:
§  Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan massa tanah,
§  Kedalaman air tanah,
§  Besarnya erosi yang dapat terjadi, dan
§  Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Interaksi keempat mekanisme ini mempengaruhi proses pembentukan tanah antara lain:
§  Ketebalan solum tanah,
§  Ketebalan dan kandungan bahan organik horison A,
§  Kandungan air tanah,
§  Warna tanah,
§  Tingkat perkembangan horison (pada tanah tergenang dan tanah berlereng terjal membentuk solum dangkal, sedangkan pada tanah cekungan dan datar membentuk solum dalam)
§  Reaksi tanah atau ph (pada tanah dengan air tanah dangkal mengalami salinisasi sehingga ph tanah netral sampai basa, sedangkan pada tanah dengan air tanah dalam mengalami proses pencucian intensif sehingga ph tanah rendah atau bereaksi asam),
§  Kejenuhan basa tanah, dan (8) kandungan garam mudah larut.

Relief atau bentuk permukaan tanah dapat dikelompokkan menjadi:
§  Berbentuk cembung yang terdapat pada puncak bukit atau gunung,
§  Berbentuk lereng yang curam yang terdapat pada punggung bukit dan gunung,
§  Berbentuk cekungan dan datar pada kaki dan dasar bukit.

Faktor waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah dan umur tanah. Berdasarkan lamanya waktu dalam proses pembentukan tanah, maka tanah dikelom-pokkan menjadi:
§  Tanah muda dengan lamanya waktu pembentukan berkisar 100 tahun,
§  Tanah dewasa dengan lamanya waktu pembentukan berkisar antara 1.000 tahun sampai dengan 10.000 tahun, dan
§  Tanah tua dengan lamanya waktu pembentukan lebih dari jutaan tahun.



Waktu juga mempengaruhi tingkat perkembangan tanah, yaitu mulai dari fase:
§  Awal,
§  Juvenil,
§  Viril,
§  Senil, dan
§  Fase akhir.

Fase awal ditandai baru terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa, dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C. Fase senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi: horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol atau Laterit.

Susunan-Susunan Tanah Dan Jenis-Jenisnya

Secara umumnya, susunan tanah (dengan bahan induk mineral) terdiri atas 50% bahan padata (45% berupa bahan mineral dan 5% berupa bahan organik), 25% air berupa udara. Sementara  itu, pada tanah organik, seperti gambut, bahan padatan pada tanah tersebut terdiri atas 5% bahan organik dan 45% bahan mineral. Bahan organik dalam tanah ini terdiri atas 10% mikroorganisme, 10% akar, dan sisanya humat. Walaupun jumlah tidak banyak, fungsinya sangat penting.

Susunan tanah dan juga struktur tanah yang berongga-rongga menjadi tempat bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Selain itu, tanah pun menjadi habitat bermacam-macam mikroorganisme. Tanah juga dijadikan sebagai tempat hidup bagi sebagian hewan darat.

Tekstur susunan tanah bermacam-macam dan bisa dikelompokan menjadi:
1.    Tekstur tanah kasar misalnya pasir, pasir berlempung.
2.    Tekstur agak kasar misalnya lempung berpasir dan lempung berpasir
3.    Sedangkan , antara lain lempung berpasir sangat hhalus, lempung berdebu dan debu.
4.    Tekstur ahalus misalnya, tanah liat berpasir, tanah liat berdebu

Tekstur tanah ini juga dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat dalam tanah. jika diuraikan proses pembentukan susunan tanah dimulai dari bebtuan yang mengalami pelapukan baik pelapukan secara fisik maupun secara kimiawi



Susunan-susunan Tanah ada sepuluh seperti dibawah ini
1.    Tanah terdiri dari lapisan-lapisan atas, lapisan bawah, lapisan bawah induk dan lapisan induk.
2.    Lapisan atas warnanya lebih tua, dan lapisan gembur dari pada lapisan bawah.
3.    Tanah berasal dari lapukan batu yang terkikir dari gunung-gunung batu.
4.    Pelapukan terjadi karena panas matahari , air, bahan-bahan kimia dan tumbuh-tumbuhan, batu yang telah lapuk terkikis oleh air dan angin.
5.    Kerikil, pasir, dan debu yang terjadi dari pengikisan itu mengendap di tempat menjadi batuan endapan.
6.    lumut disebut tumbuhan perintis, karena lumut salah satu tumbuhan yang dapat hidub di batu.
7.    Di dalam tanah banyak hidup hewan dan tumbuhan yang sangat bergunah bagi kesuburan tanah.
8.    Tanah yang gundul mudah terkikis oleh air dan angin.
9.    Pegunungan hutan di pegunungan dapat menyebabkan tanah keritis dan menimbulkan bahaya banjir.
10.  Karena tumbuhan selalu mengambil zat-zat dari dalam tanah, maka yang di perlukan makin lama makin berkurang, untuk menjaga kesuburan tanah pertanian perlu pemupukan

Selain susunan-susunan tanah, fungsi tanah juga di perlukan. Berikut fungsi-fungsinya
1.    Tanah berfungsi untuk produksi biomassa, yaitu tempat tumbuh dan berkembang perakaran, sumber harta serta zat pendukung pertumbuhan.
2.    Tanah berfungsi untuk penyaringan, penyanggah dan pengubahan antara atmosfer, air tanah serta akar tanaman
3.    Tanah berfungsi sebagai habitat biologi konservasi genetik.
4.    Tanah berfungsi sebagai ruang insfrastruktur untuk teknik, industri, sosial ekonomi, dan pembangunan.
5.    Tanah berfungsi sebagai daya energi, material dasar, pertambangan dan air.
6.    Tanah berfungsi sebagai sumber keindahan dan warisan budaya

Susunan-susunan tanah berdasarkan jenis-jenis tanah
-      Tanah humas. tanah humas adalah lapisan tanah yang paling subur karena kemampuan menyerap airnya sangat tinggi dan gembur sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertanian tanah humas ini berasal dari pelapukan sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk.
-      Tanah liat. tanah liat ini biasanya dimanfaatkan untuk kerajinan tembikar, pembuatan pot bunga, kendi dan lain sebagainya karena butiran-butiran tanah liat saling melekat satusamalain, tipe tanah pada tanah liat ini adalah butiran-butiran tanahnya halus, susah menyerap airdan tidak dapat di tanami oleh tumbuhan
-      Tanah gambut. tanah gambut terdapat didaerah berawan-awan dan berasal dari pelapukan sisa tumbuhan,tidak cocok dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena kandungan garamnya sangat tinggi.
-      Tanah berpasir. tanah berpasir ini cirinya butiran pasirnya sangat banyak, mudah menyerap air namun sangat sulit ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan. biasanya tanah berpasir dimanfaatkan sebagai campuran semen dalam pemasangan batu bata.
-      Tanah aluvial. jenis tanah aluvial terdapat di sepanjang aliran sungai jenis tanah ini berasal dari material halus yang di endapkan di sungai.
-      Tanah vulkanik atau Tanh regosol. tanah vulkanik ini biasa ditemukan di daerah pegunungan kberapi yang meletus . tanah vulkanik ini sangat mudah menyerap air dan banyak mengandung hara sehingga sangat baik jika di manfaatkan sebagai lahan pertanian.
-      Tanah latosol. jenis tanah ini biasanya terdapat pada daerah beriklim basah yang curah hujannya lebih dari300mm/tahun dan berada di dataran tinggi yang berkisar antara 300-1.000 meter. bahan utama pembentukan tanah jenis ini berasal dari bebatuan gunung berapi yang mengalami peroses pelapukan.
-      Tanah grumusol. Bahan pembentukan tanah grumusol adalah batu lempung dan batu kapur.

Susunan-susunan Tanah-Mineral Tanah
Susunan-susunan tanah mineral terdiri dari tiga komponen, yakni pasir(sand), debu(silf), dan lempung(clay).Ketiga susunan-susunan tanah mineral tersebut dibagi berdasarkan ukuran yang berbeda-beda.
1.    Partikel pasir memiliki ukuran sekitar 200 mikrometer hingga 2.000 mikro meter.
2.    Partekel debu memiliki ukuran sekitar 2 mikrometer sampai kurang dari mikrometer.
3.    Partikel lempung memiliki ukuran kurang dari 2 mikrometer.semakin halus ukuran partikel tanah tersebut, maka luas permukaan partikel per satuan bobot semakin besar.

Untuk itu alam harus kita jaga agar tidak terjadi kerusakan alam dan akibatnya dirasakan oleh manusia dan makh;luk lainya dibumi ini. Pelestarian alam bisa kita lakukan dari diri sendiri
Demikian penjelasan mengenai susunan-susunan-tanah dan fungsi-fungsinyauntuk pelestarian tanah. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.



5.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi  Tanah
a.       Ketinggian suatu daerah
b.      Kontur tanah
c.       Letak suatu daerah
d.      Kandungan unsur hara
e.       Dan tekstur tanahnya

Tanah dibagi menjadi beberapa macam jenisnya, diantaranya:
a.       Ada tanah merah
b.      Tanah liat
c.       Pasir
d.      Tanah vulkanik
e.       Dan banyak jenis tanah lainnya.

Tanah vulkanik adalah tanah yang di ke luarkan gunung berapi saat terjadinya letusan gunung berapi tanah ini sangat berguna terutama bagi petani yang tinggal di sekitar lereng,karena tanah ini menpunyai unsur hara yang banyak di banding tanah lain.
      
Bagian-bagian Bumi dan fungsinya:
Bumi telah terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Bumi merupakan planet dengan urutan ketiga dari sembilan planet yang dekat dengan matahari. Jarak bumi dengan matahari sekitar 150 juta km, berbentuk bulat dengan radius ± 6.370 km. Bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh berbagai jenis mahluk hidup. Permukaan bumi terdiri dari daratan dan lautan. Secara struktur, lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :
1.    Kerak bumi (crush) merupakan kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam.
Lapisan ini berfungsi sebagai  tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
2.    Selimut atau selubung (mantle) merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tabal selimut bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi mencapai 3.000 oC.
3.    Inti bumi (core), yang terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200 km. Lapisan ini dibedakan menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC. inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500 oC.


6.      Jenis-jenis Tanaman Perkebunan
Perkebunan tidak sepenuhnya sama dengan kebun.

Perkebunan diusahakan secara intensif menggunakan berbagai mesin besar.
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai; mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Tanaman yang ditanam bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran untuk membedakannya dengan usaha ladang dan hortikultura sayur mayur dan bunga, meski usaha penanaman pohon buah masih disebut usaha perkebunan.
Perkebunan dapat mengusahakan tanaman keras/industri seperti kakao, kelapa, dan teh, atau tanaman hortikultura seperti pisang, anggur, dan anggrek. Dalam pengertian di Indonesia , "perkebunan" mencakup plantation atau orchard.

§  Perkebunan tropika dan subtropika

Di daerah tropika dan subtropika, perkebunan mencakup komoditas tanaman semusim maupun tahunan. Berikut adalah daftar komoditas (tidak lengkap) perkebunan, menurut produknya.

Tanaman industri semusim

Tanaman semusim adalah tanaman yang hanya mampu tumbuh selama semusim pada tahun tersebut, atau tanaman tahunan yang biasa dipanen cepat sebelum musim berakhir. Jenis tanaman perkebunan semusim tidaklah sebanyak tanaman perkebunan tahunan. Contoh tanaman industri semusim yaitu:
·         Serat henep, dari tanaman Cannabis sativa
·         Serat kapas, dari beberapa spesies kapas, Gossypium spp.
·         Serat kenaf, dari batang Hibiscus cannabinus
·         Serat goni dan bunga rosela, dari tanaman Hibiscus sabdariffa
·         Serat sisal, dihasilkan dari daun tanaman sisal, Agave sisalana
·         Serbuk indigo, dihasilkan dari tanaman tarum, Indigofera tinctoria.
·         Gula tebu, dihasilkan dari perasan batang tebu dan produk sampingannya (dapat pula dibudidayakan secara tahunan)
·         Daun tembakau, dihasilkan dari tanaman tembakau, Nicotiana spp.

 

Tanaman industri tahunan

Contoh tanaman industri tahunan yaitu:
·         Karet, dari getah (lateks) tanaman para (Hevea brasiliensis)
·         Kopra dan produk-produk lainnya dari kelapa
·         Minyak sawit, minyak inti sawit, dan produk-produk lainnya dari kelapa sawit
·         Kulit dan batang kina, dihasilkan oleh beberapa jenis Cinchona spp.
·         Biji dan bubuk kopi, dihasilkan dari kebun Coffea spp.
·         Biji dan serbuk kakao, dihasilkan oleh tanaman kakao, Theobroma cacao
·         Teh, dihasilkan dari pemrosesan daun teh, Camellia sinensis

Terdapat pula produk tanaman industri tahunan lain yang ditanam dengan skala kecil dan kurang intensif, tetapi dikumpulkan lalu diolah sebagai produk perkebunan. Komoditas ini biasanya merupakan "perkebunan rakyat" dan perbedaannya dengan usaha tani pekarangan menjadi kabur. Berikut adalah beberapa di antaranya.
·         Biji pala dan salut bijinya (fuli), dari kebun pala (Myristica fragrans)
·         Buah dan bubuk merica, dihasilkan oleh tanaman lada, Piper nigrum
·         Serat kapuk, dihasilkan dari tanaman kapuk Ceiba pentandra.
·         Kacang mete, dihasilkan oleh tanaman mete, Anacardium occidentale
·         Bunga, daun, dan minyak cengkeh, dihasilkan oleh tanaman cengkeh, Syzigium aromaticum
·         Kulit manis, dihasilkan dari kulit batang/cabang beberapa jenis Cassia
·         Bubuk vanili, dihasilkan dari pengolahan buah vanila, Vanilla planifolia
·         "Buah" kemukus, dihasilkan dari tanaman kemukus, Piper cubeba
·         "Buah" cabe jawa, dihasilkan dari tanaman cabe jawa, Piper retrofractum dan Piper longum

Tanaman hortikultura

·         Buah apel
·         Buah durian
·         Buah mangga
·         Buah nanas
·         Buah pisang
·         Buah rambutan
·         Buah aprikot
·         Buah persik
·         Buah zaitun

f.        Perkebunan subtropika dan iklim sedang

Perkebunan di kawasan ini kebanyakan tergolong sebagai orchard, bukan plantation. Selain itu, tidak ada yang merupakan tanaman semusim, karena yang semusim biasa digolongkan sebagai tanaman ladang (field crop), seperti tembakau dan kapas; bahkan juga meskipun ia menghasilkan produk yang mirip dengan perkebunan di kawasan tropika, seperti gula yang dihasilkan dari bit gula untuk daerah beriklim sedang, sementara untuk daerah tropika dihasilkan dari tebu. Contoh lainnya adalah minyak masak yang dihasilkan dari ladang kanola atau bunga matahari di daerah beriklim sedang, sementara untuk kawasan tropika kebanyakan dihasilkan dari kelapa sawit dan kelapa.
Komoditas perkebunan yang dihasilkan kawasan ini kebanyakan buah-buahan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
·         Buah dan minuman anggur, dari beberapa jenis tanaman anggur budidaya
·         Buah apel, dari tanaman apel, Malus domestica
·         Buah aprikot (Prunus americana), plum (terutama P. domestica), dan berbagai hibridanya
·         Pohon natal, dihasilkan dari beberapa jenis tanaman runjung.

Dalam peristilahan di Amerika Serikat, pertanaman pinus atau tanaman runjung lainnya, serta pertanaman untuk produksi kayu dan kertas digolongkan sebagai "perkebunan" (plantation), tetapi di Indonesia hal semacam itu digolongkan ke dalam usaha tani kehutanan atau silvikultur, dan awam menyebut lahannya sebagai "hutan", seperti "hutan jati" atau "hutan pinus".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar